Tersebutlah suatu kisah di dalam negeri rimba yang aman sentosa, di mana sekalian makhluk hidup dalam damai dan taat pada hukum alam. Pada ketika itu, hiduplah seekor kuda muda bernama Lodra, elok rupanya, kuat kakinya, dan pantas pula larinya. Maka segala penghuni padang memuji-muji akan kehebatannya.
Adapun Lodra itu sangat keras hati, kerana merasa dirinya tiada tandingan. Tiap-tiap pagi ia berlari melintasi padang luas, hendak menunjukkan kehebatannya kepada sekalian makhluk yang memandang.
Hatta, pada suatu hari, tatkala ia berlari terlalu laju, tiba-tiba kakinya terperosok ke dalam lumpur dalam. Maka Lodra pun meronta-ronta hendak keluar, namun makin lama makin tenggelam ia jadinya. Maka berteriaklah ia meminta tolong, “Siapakah gerangan di sini? Tolonglah aku keluar daripada lumpur celaka ini!”
Syahdan, pada masa itu datanglah seekor singa tua, bernama Raga, yang terkenal di segenap rimba kerana kebijaksanaan dan budi pekertinya yang halus. Maka Ragayang dalam perjalanan untuk mengadap Raja Sulaiman pun berdiri di tepi lumpur itu, lalu berkata dengan suara tenang,
“Hai anak muda, janganlah engkau terlalu melawan. Tiap kali engkau meronta, makin dalamlah engkau tenggelam.”
Maka sahut Lodra dengan suara marah, “Bagaimana aku mahu keluar kalau aku tidak melawan? Apakah aku harus diam sahaja dan menunggu mati?”
Raga tersenyum perlahan, lalu katanya,
“Diam itu bukan bererti menyerah. Sabar itu bukan berhenti bertindak, tetapi tetap tenang. Ketahuilah engkau, anak muda, air yang jernih mengalir dengan lembut, tetapi mampu membelah batu yang keras.”
Setelah itu, maka Raga pun turun ke lumpur dengan langkah berhati-hati, menjejak sedikit demi sedikit, lalu menolong Lodra keluar daripada perangkap itu. Maka keluarlah kedua-duanya ke tanah yang kering.
Lodra pun memandang kepada singa tua itu, hairan melihat tubuhnya tidak kotor walau sedikit pun. Maka katanya, “Wahai Raga, bagaimana engkau dapat tetap bersih dan tenang di dalam lumpur yang kotor ini?”
Maka jawab Raga dengan lemah lembut,
“Wahai Lodra, ketahuilah olehmu, lumpur tidak dapat mengotorkan hati yang ikhlas. Barang siapa berjalan dengan niat yang suci, maka setiap langkahnya akan dipelihara oleh alam. Janganlah terburu-buru dalam tiap hal, kerana yang datang dengan sabar akan kekal dalam keberkatan.”
Maka mendengarlah Lodra akan kata itu, lalu tunduk ia dalam malu dan insaf. Sejak hari itu, ia tidak lagi berlari untuk bermegah, melainkan untuk mensyukuri nikmat kehidupan.
Dan tiap kali datang resah di hatinya, teringatlah ia akan pesan singa tua itu:
“Sabar itu bukan menunggu tanpa gerak, tetapi bergerak tanpa hilang ketenangan.”
Sabar itu pelita hati, dan ikhlas itu kunci segala rahmat.
No comments:
Post a Comment